Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak
- Anton
- 5 min read
Tindak kekerasan tak hanya dilakukan orang dewasa. Saat ini sering dijumpai tindak kekerasan dilakukan oleh anak-anak terhadap teman-temannya. Seperti kasus yang dilakukan Tug (13) terhadap teman sekolahnya Bastomi (13).
Mengapa Tindak Kekerasan Terjadi pada Anak?
Yang menjadi masalah ialah, mengapa tindak kekerasan bisa mewarnai kehidupan anak-anak? Kemudian, bagaimana peran dan tanggung jawab seorang guru dalam mendidik anak? Sehubungan dengan masalah itu, berikut hasil wawancara dengan beberapa pakar.
Empat Jenis Pola Asuh Anak
Dalam ilmu psikologi, terdapat empat tipe pola asuh orang tua terhadap anak – permisif, otoritatif, lalai (tidak peduli terhadap anak), dan otoriter – didasarkan pada karya psikolog perkembangan Diana Baumrind dan peneliti Stanford Eleanor Maccoby dan John Martin.
Permisif: Orang tua cenderung sangat responsif tetapi kurang dalam memberikan tuntutan. Anak sering mendapatkan kebebasan yang luas tanpa batasan yang jelas.
Otoritatif: Orang tua responsif dan menuntut. Mereka mendukung dan peduli namun tetap menetapkan batasan yang jelas dan konsisten.
Lalai: Orang tua tidak responsif dan tidak menuntut. Anak-anak dalam lingkungan ini sering merasa tidak diperhatikan dan tidak memiliki bimbingan.
Otoriter: Orang tua sangat menuntut tetapi kurang responsif. Mereka menekankan disiplin yang ketat dan kontrol tanpa memperhatikan kebutuhan emosional anak.
Setiap pola asuh memiliki dampak yang berbeda pada perilaku anak dan dapat dikenali dari karakteristik tertentu, seperti tingkat responsivitas dan tuntutan yang diberikan orang tua pada anak mereka.
Lima Faktor Utama Pemicu Anak Berlaku Agresif
Menurut Dr. H. Arief Rachman, M.Pd., ada lima faktor utama yang memicu tindak kekerasan yang marak dilakukan anak usia dini:
Faktor Psikologis Anak: Ketidakstabilan jiwa anak sangat berpengaruh pada pembentukan pribadinya. Anak yang memiliki sifat dasar pendendam, pemarah, atau tingkat emosional tinggi akan cenderung berbuat sesuatu yang kurang baik.
Faktor Pola Asuh Orang Tua: Anak yang sering diperlakukan tidak adil dan sering dipukul tanpa sebab yang jelas akan meniru perilaku tersebut terhadap teman atau adiknya.
Faktor Teman: Teman bermain yang kasar dapat mempengaruhi sikap, perilaku, dan tutur kata anak.
Faktor Sosial yang Tidak Adil: Ketidakadilan ekonomi dapat mendorong anak mencari keadilan dengan cara yang tidak benar, seperti mencuri atau melakukan tindakan tidak baik lainnya.
Faktor Pengaruh Media Massa: Banyaknya tayangan atau media yang menampilkan kriminalitas akan mendorong anak untuk melakukan tindakan kriminal. Permainan komputer yang berbau sadisme juga berdampak buruk pada perilakunya.
Menurut Arief Rachman, faktor pola asuh orang tua adalah yang paling berpengaruh. Hampir 80% anak mengaku melakukan tindakan kriminal setelah melihat tindakan kriminal dari media.
Peran Guru, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Mencegah Kekerasan Anak
Peran Guru
Pihak sekolah harus memberikan kurikulum yang baik mengenai pola asuh yang memungkinkan anak tidak stres akibat beban pelajaran yang berat. Juga perlu adanya upaya dalam mendidik anak melalui pelajaran tentang budi pekerti.
Peran Orang Tua
Orang tua harus mampu menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan memberikan perilaku teladan bagi anak. Mereka harus mengawasi dan mengendalikan perilaku anak secara ketat, serta memastikan komunikasi yang baik dengan anak dan sekolah.
Peran Masyarakat
Masyarakat juga harus memberikan contoh perilaku yang baik. Media massa harus bertanggung jawab untuk tidak menyiarkan film-film kekerasan yang dapat mempengaruhi anak secara negatif.
Pengaruh Lingkungan Sekitar Menurut Dr. Seto Mulyadi
Menurut psikolog Dr. Seto Mulyadi, beberapa kasus tindak kekerasan yang dilakukan anak dapat diindikasikan sebagai gejala meningkatnya agresivitas pada anak. Faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan mendidik anak ialah pengaruh lingkungan sekitar.
Dalam diri anak ada kecenderungan untuk meniru apa yang dilihat dari lingkungan sekitar. Jika lingkungan sekitar sering terjadi tindak kekerasan, anak akan meniru hal serupa. Di beberapa daerah konflik seperti Aceh dan Atambua, banyak anak terkena imbas konflik tersebut. Misalnya, saat anak disuruh menggambar, dia lebih suka menggambar pembunuhan atau anak kelas 1 SD memukul temannya.
Proses meniru itu, menurut Kak Seto, tak hanya dari lingkungan saja, tetapi juga karena anak meniru dari media massa, seperti TV. Banyak stasiun televisi yang menyajikan film-film kekerasan, secara tidak disadari memberikan contoh buruk pada anak.
“Jika setiap hari anak menonton hal-hal yang berbau kekerasan, hampir bisa dipastikan anak akan meniru melakukan hal serupa,” jelas Kak Seto.
Oleh karena itu, Kak Seto sangat menyesalkan media massa yang menyajikan hal-hal yang berbau kekerasan pada anak. Pola asuh orang tua yang tepat dalam mendidik anak sangat penting untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan pada anak. Hal itu menjadi tanggung jawab kita bersama, bukan hanya pendidik, tetapi juga orang tua dan masyarakat.
Sekolah harus memberikan kurikulum yang baik mengenai pola asuh orang tua yang memungkinkan anak tidak stres akibat beban pelajaran yang berat. Juga perlu adanya upaya dalam mendidik anak melalui pelajaran tentang budi pekerti.
Orang tua harus mampu menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan memberikan perilaku teladan bagi anak. Masyarakat juga harus memberikan contoh perilaku yang baik, termasuk media massa untuk tidak menyiarkan film-film anak yang berbau kekerasan.
Kesimpulan
Untuk mencegah tindak kekerasan pada anak-anak, semua pihak harus berperan aktif. Pola asuh yang tepat, lingkungan yang kondusif, dan pengawasan dari orang tua serta masyarakat sangat penting. Perlu adanya kerjasama yang baik antara sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan generasi yang berperilaku baik dan jauh dari tindakan kekerasan.
Pertanyaan untuk Diskusi
Bagaimana menurut Anda cara terbaik untuk mengawasi konten yang dikonsumsi oleh anak-anak dari media massa?
Apakah Anda memiliki pengalaman atau solusi lain dalam menangani perilaku agresif pada anak?
Bagaimana peran lingkungan sekitar dalam membentuk karakter anak menurut Anda?
Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!